Kemaksiatan dan Dampak Negatifnya terhadap Individu dan Masyarakat

Segala puji milik Allah Penguasa Alam Semesta, Pemberi Petunjuk, dan Pengampun Segala Dosa.

Saudaraku, perbuatan dosa dan maksiat memberi pengaruh yang besar serta efek yang sangat berbahaya bagi individu dan masyarakat. Allah telah menerangkan dengan sejelas-jelasnya pengaruh perbuatan ini, sejak perbuatan maksiat pertamakali dilakukan oleh manusia.
Marilah kita mengambil beberapa nash Al-Quran dan Al-Hadits yang menyebutkan pengaruh-pengaruh perbuatan maksiat ini.
Allah berfirman, yang artinya:
“Dan Adam pun mendurhakai Rabb nya maka ia sesat, kemudian Rabb nya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberi Adam petunjuk. Allah berfirman, ‘Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu jadi musuh sebagian yang lain maka jika datang kepadamu petunjuk dari Ku, lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘ya Rabb ku, mengapa Engkau mengumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang bisa melihat. Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami maka kamu melupakannya’ dan begitu pula pada hari ini pun kamu dilupakan’ ”. (QS. Thoha: 121-126).
Ayat ini menyebutkan beberapa efek negatif yang ditimbulkan karena perbuatan maksiat. Allah menjelaskan bahwa akibat (yang ditimbulkan karena) maksiat adalah ghoi (kesesatan) yang merupakan sebuah kerusakan, seakan-akan Allah berfirman, “Barangsiapa mendurhakai Allah, maka Allah akan merusak kehidupannya di dunia”.
Makna seperti ini juga disebutkan dalam ayat-ayat berikut:
“Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka”. (QS. Thoha: 123).
Konsekuensinya, orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah maka ia akan sesat dan celaka. Ayat berikut menjelaskan lebih gamblang, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. (QS. Thoha: 124).
Maksudnya, ia akan mendapat kesengsaraan dan kesusahan. Dalam tafsirnya (3/164), Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Di dunia, ia tidak akan mendapatkan ketenangan dan ketenteraman. Hatinya gelisah yang diakibatkan kesesatannya. Meskipun zhahirnya nampak begitu enak, bisa mengenakan pakaian yang ia kehendaki, bisa mengkonsumsi jenis makanan apa saja yang ia inginkan, dan bisa tinggal di tempat mana saja yang ia sukai. Selama ia belum sampai kepada keyakinan dan petunjuk, maka hatinya akan senantiasa gelisah, bingung, ragu, dan masih saja terus ragu. Inilah bagian dari kehidupan yang sempit”.
Perhatikanlah pula pengaruh dan efek dari perbuatan maksiat dalam firman Allah:
“Dan (ingatlah) ketika kamu (Bani Israil) berkata, ‘Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu, mohonkanlah untuk kami kepada Rabb mu agar Dia mengeluarkan bagi kami apa yang ditumbuhkan bumi yaitu sayur mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,kacang adasnya, dan bawang merahnya’. Musa berkata, ‘Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik ?. Pergilah kamu ke suatu kota, pastilah kamu memperoleh apa yang kamu minta’. Lalu ditimpakan kenistaan dan kehinaan kepada mereka serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas”. (QS. Al-Baqarah: 61).
Ayat ini memuat beberapa akibat (yang ditimbulkan karena perbuatan) maksiat. Di antaranya:
Pertama. Allah telah menetapkan kehidupan yang rendah buat mereka karena mereka menghendaki hal itu. Maka terwujudlah yang mereka minta, mereka menukar manna dan salwa (sejenis burung puyuh). Ini merupakan sesuatu yang lebih berharga dibanding sayur mayur, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah (sesuatu yang lebih rendah).
Kedua. Ditimpakan kepada mereka kehinaan.
Ketiga. Mereka akan kembali kepada Allah dengan menanggung kemurkaan Allah Subhanahu wata’ala.
Renungkanlah firman Allah, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah (Rasulullah) takut akan ditimpa musibah atau ditimpa adzab yang pedih”. (QS. An-Nur: 63).
Maksud menyelisihi perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah menyelewengkan perintahnya. Akibat yang ditimbulkan (musibah) yaitu meliputi kemurtadan, kematian, kegoncangan, kesusahan, penguasa yang zhalim, dan tertutupnya hati. Kemudian setelah itu akan mendapat adzab yang pedih.
Di antara pengaruh lainnya yaitu ditenggelamkannya kaum Nabi Nuh:
“Dan disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah”. (QS. Nuh: 25).
Di antara pengaruh yang ditimbulkan karena perbuatan maksiat juga, yaitu kehancuran total. Allah berfirman:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (untuk mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami). Kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. (QS.Al-Isra’: 16).
Begitu juga dalam Hadits yang shahih, banyak menyebutkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh maksiat. Contohnya hadits yang menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallamRahimahullah). bersabda, “Aku diutus oleh Allah sebelum hari kiamat dengan membawa pedang, sampai hanya Allah saja yang disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan rizkiku telah dijadikan di bawah bayangan tombakku, dan dijadikan kerendahan dan kehinaan bagi orang yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalam golongan mereka”. (HR. Imam Ahmad dengan sanad jayyid. Lihat Ad Daa wad Dawa’ karya Ibnul Qayyim
Semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita semua untuk senantiasa mentaati perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam serta menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang akan menyesatkan, menghinakan, dan mencelakakan kita di dunia dan di akhirat kelak. Amin.
[Habib, Ma’had Tadribud Du’at Al-Istiqomah Prabumulih]

Buletin Al-Istiqomah, Edisi Ke-2 Volume III Th. 1432 H / 2011 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar